Degradasi Pemuda Harapan Bangsa

http://senengartikel.blogspot.com/2015/07/degradasi-pemuda-harapan-bangsa.html

Lampshades Peluang Ekonomi Kreatif Yang Menjanjikan

http://senengartikel.blogspot.com/2015/07/lampshades-peluang-ekonomi-kreatif-yang.html

Penyesalan

http://senengartikel.blogspot.com/2015/07/penyesalan.html

Strategi Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat

http://senengartikel.blogspot.com/2015/06/strategi-menumbuhkan-minat-baca.html

Salam Redaksi

Semoga Artikelnya menginspirasi kita semua, Salam Perjuangan.

Galeri Seneng Artikel

Monday 29 June 2015

Strategi Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat

Assalamualaikum, hai frends ketemu lagi bersama ane mahasiswa si ganteng kalem yang katanya kecil-kecil cabe rawit. Ok frends, kali ini dalam artikel ini ane mau ngebahas yang namanya bagaimana strategi minat baca masyarakat khususnya di indonesia agar bisa ditingkatkan bukan hanya saja untuk para pelajar, mahasiswa, guru ataupun dosen tapi semua lapisan masyarakat agar budaya membaca masyarakat kita bisa membaik. Kalian tau nggak dengan membaca itu kita bisa membuka jendela dunia lho. Emm, masih belum percaya, yuk kita simak lebih lanjut artikelnya.
Menurut data yang saya peroleh dari hasil searching di mbah google, fakta membuktikan bahwa indonesia termasuk negara yang berada dalam posisi paling rendah dalam minat bacanya. Wah, kok bisa.
Ya iyalah, dari hasil survey yang dilakukan oleh studi IEA (International Association for the Evaluation of Education Achicievement) di asia timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7, dibawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Bukan hanya itu saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hany 30%. Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam human report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa di indonesia hanya 65,5%. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4%, dan negara maju seperti jepang, inggris, jerman, dan amerika serikat umumnya sudah mencapai 99,0% (Ben S. Galus;2011). Biar lebih jelas infonya bisa klik link ini, http://gpmb.pnri.go.id/index.php?module=artikel&id=39
Dari data tersebut memang membuktikan tingkat dan kualitas membaca di negara kita memang masih rendah. Lalu gimana untuk menumbuhkan serta meningkatkan minat baca di Indonesia?. Pertanyaan yang bagus kalo kalian berfikir seperti itu. Pertama, untuk meningkatkan minat baca masyarakat kita bila dilakukan secara serempak memang sulit, tapi dengan menanamkan budaya membaca pada anak-anak sejak dini, dimasa yang akan datang di prediksikan tidak ada lagi yang menyebutkan bahwa indonesia lah yang masyarakatnya minim membaca. Tidak akan, Asalkan kita bersama menanamkan sejak dini kepada penerus bangsa. yang lalu sudahlah berlalu fakta dan data survey di atas jadikanlah sebagai pemacu mental kita terhadap pentingnya membaca. So, dengan membaca kita membuka jendela dunia. J
Selanjutnya, strategi kedua untuk meningkatkan minat baca masyarakat indonesia, pemerintah bisa mengadopsi sistem pendidikan dari negara yang memiliki citra dan rangking pertama dalam pendidikan. Sebut saja salah satunya adalah negara finlandia, negara ini disebut-sebut sebagai negara yang menerapkan sistem pendidikannya dengan baik di dunia. So, apa salahnya kan bila sistem di negara tersebut di adopsi di negara kita. Dengan begitu tidak adanyanya lagi masyarakat kita yang terfragmentasi dan masyarakat dalam minat membacapun akan membaik.
Ok friends mungkin cukup sekian informasi yang bisa ane sampaikan, semoga bermanfaat jangan lupa untuk membaca. Nah buat kalian yang pengen ngerubah prilaku kita yang asalnya jarang membaca, ane kasih tau kuncinya (Bacalah tulisan sesuai seleramu dulu, insya allah kedepannya akan terobsesi dengan membaca) Semangat ... MAN JADDA WAJADA for Indonesia. J
Salam,

M. Muallifi – Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati (Jur.Jurnalistik)

Friday 26 June 2015

Ini Kisahku - Manfaat BonCabe Saat Proses Belajar

Hari ini seperti biasanya, aku masuk kuliah jam 07.25. aku seorang mahasiswa yang sedang studi S1 di salah satu perguruan tinggi negeri di kota bandung. Tak seperti biasanya, cuaca seakan tak mendukung. matahari terlihat menutup diri di balik awan putih, seakan menandakan hari ini cuaca akan turun hujan.
Meski begitu, aku antusias menghadapinya saat bernagkat menuju kampus. Jarak antara tempat tinggalku ke kampus sekitar 500 meter. Lumayan capek bila berangkat dengan jalan kaki.
Hujan semakin deras, keberangkatanku menuju kampus kini terhalangi. terlebih aku berangkat tak memakai mobil atau motor. Artinya aku jalan kaki. Saat hujan semakin deras, aku terburu-buru dengan jam masuk kuliah. Terpaksa aku lari ke kampus hujan-hujanan tanpa bawa payung, hanya bermodal jas tebal menyelimuti badanku saat berangkat ke kampus.
Sesampainya aku di kampus. Alhasil, pakaianku basah semua. Baju yang di pakai pun mulai tak enak tuk di pakai. Bayangkan saja aku belajar dengan baju basah. Huh, biarlah kali ini aku terima ini resikoku sebagai mahasiswa dalam belajar. Tetapi, dibalik itu semua ada nilai disiplin yang ku tanam. Aku berusaha agar tak terlambat masuk kuliah. Meski hujan menghalangi, itu tak membuatku patah semangat untuk tetap berangkat ke kampus.
BASAH, yah memang basah. Mau gimana lagi, dari pada telat masuk kuliah. Itulah kalimat yang terungkap dalam hatiku. Resikonya proses pembelajaran pun mulai tak enak kurasakan di tambah pengajaran dosen yang kali ini menjenuhkan. Apalagi suaranya pelan di tambah kencangnya suara hujan. Membuat proses belajar seperti sedang mendongeng anak yang akan tidur.
Hampir 30 menit dosen menerangkan materi dengan nada pelan. Hawa ngantuk pun mulai menghampiri. Mataku mulai tak tahan, membuatku tak focus dalam pembelajaran. Aku berusaha mencari strategi agar rasa kantuk ini hilang.
Tak lama kemudian, aku teringat di tasku ada BON CABE. Tanpa berfikir panjang disela-sela dosen mengajar, aku makan bon cabe sembunyi-sembunyi hanya karena untuk menahan rasa ngantuk di kelas. Ini kulakukan bukan kemauan nafsuku tetapi ini kulakukan karna aku menghargai dosen yang mengajar.
Sampai di akhir pembelajaran. Alhamdulillah, akhirnya rasa kantukku di awal pembelajaran hingga usai hilang seketika. Ini berkat BON CABE yang kubawa. BON CABE yang tak kusangka dapat bermanfaat saat rasa kantuk melandaku di kelas. Andai bisa menjadi rekomendasi, aku menyarankan bagi siswa atau mahasiswa yang suka ngantuk saat belajar. Bawalah BON CABE untuk menghilangkan rasa kantuk, ini sudah terbukti olehku dan aku selalu membawanya guna antisipasi saat rasa kantuk tiba.
Selain manfaat BON CABE, ada nilai lain dari kisahku ini. Aku berfikir menahan rasa kantuk demi menghargai seseorang dosen yang mengajar itu lebih baik dari pada tidak. Bagaimana pun dosen pun sama halnya seperti guru di sekolah dan guru atau dosen adalah seorang pejuang bangsa dan pejuang bangsa adalah seseorang yang perlu dihargai oleh rakyatnya karena merekalah kita dididik dengan sepenuh hati untuk meneruskan bangsa ini
Wassalam

Semoga bermanfaat

Salam,

M. Muallifi – Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati (Jur.Jurnalistik)

Mengenal Lebih Dekat Tentang Deontologi Media

Free Clock
Assalamualaikum, kali ini ane bakal ngejelasin tentang Deontologi Media. Pas banget nih bro buat kalian yang lagi kuliah di jurusan Jurnalistik dan Komunikasi Media. Biar nggak bertele-tele langsung aja nih ane kasih tau informasi mengenai Deontologi Media yang ane baca di beberapa media dan situs pendidikan.
Sebelumnya, pasti kalian pada bingung kan apa sih Deontologi Media itu?
Menurut survey yang telah ane cari, Deontologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata Deon yang artinya Kewajiban jadi secara harfiah Deontologi adalah hal yang mengenai kewajiban. Berbicara mengenai kewajiban berarti disitu membahas mengenai moral dimana dengan kata lain deontologi adalah hukum yang bertindak pada moral atau tindakan media kepada khalayak. Seberapa manfaatnya tontonan yang disiarkan kepada pemirsa adalah menjadi tolak ukur Deontologi Media. Ini artinya media haruslah memberi pelayanan tontonan yang mendidik, edukasi, dan inspirasi bagi kehidupan sosial.
Dalam dunia media, kita mengenal dengan sembilan etika jurnalistik, salah satunya yakni komitmen akan kepentingan publik. Dari sini kita bisa menilai bahwa media harus memiliki tanggung jawab sosial atas siarannya.
Mengenai media saat ini, terutama di indonesia. Melihat hasil survei Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) baru-baru ini, fakta membuktikan dari 45 program acara dalam 15 statsiun televisi di Indonesia selama Maret-April 2015, diperoleh nilai indeks kualitas secara keseluruhan 3.25 di bawah angka standar baik 4,0. Televisi cenderung mempertontonkan tayangan sensasional dan kualitas rendah.
Dari hasil tersebut membuktikan dan menjadi acuan serta tolak ukur bahwa tayangan yang di tontonkan kepada khalayak masih jauh dengan kata mendidik. Padahal sudah seharusnya dan kewajiban serta tanggung jawab media mengutamakan penayangan yang bermanfaat bagi publik. Jangan sampai mengutamakan Rating dan iklan sehingga melupakan tanggung jawab media sebagai penyedia tontonan yang mengedukasi bagi khayalayak.
Kembali lagi mengenai deontologi media, dari kasus diatas bisa disimpulkan. Bahwa memang benar penyedia tayangan pasti mengejar rating untuk mengukur tingkat keberhasilannya, akan tetapi apa salahnya bila tidak menyampingkan etika dan tetap menjadi penyedia tontonan yang baik bagi khalayak tanpa terlalu mengedepankan dari sisi ekonomi.
Tentu ini menjadi tantangan bagi media untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memberi tayangan yang mengedukasi bagi publik serta sukses dengan rating tinggi tanpa mengedepankan sensasi dan ekonomi.

Mungkin cukup sekian bro informasi yang ane kasih tau. Lain kali ane kasih informasi yang menarik lagi salam hangat, jangan lupa budayakan membaca untuk masa depan yang lebih baik. Wassalamualaikum. 


M. Muallifi – Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati (Jur.Jurnalistik)

Berkaca Pendidikan Dari Negara Finlandia

Pendidikan merupakan hal yang tak boleh di pandang sebelah mata. Di Indonesia pendidikan merupakan ujung tombak bagi siswa dalam menentukan kualitas SDM nya.
Maka dari itu demi meningkatkan kualitas SDM bagi siswa penerus bangsa. Tidak ada salahnya bila pemerintah Indonesia kini mulai merlirik sistem pendidikan di Negara finlandia. Dengan sistem ATM (adopsi. Turuti dan modifikasi) guru dan pemerintah indonesia bisa berkaca dari pola pendidikan di finlandia. Dimana Diketahui bahwa finladia merupakan Negara bagian yang memiliki kualitas pendidikan yang sangat baik di dunia.
Semenjak tahun 1970, finlandia mulai mereformasi pendidikan dengan merancang sistem meniadakan evaluasi dan rangking. Sehingga siswa di sekolah tidak merasa ada persaingan dan gak perlu merasa berkompetisi.
Disamping itu, profesi guru dalam mengajar siswa di sekolah pun merupakan pekerjaan yang paling bergengsi. Ini dikarenakan untuk menjadi tenaga pengajar di sekolah finlandia para guru merupakan 10 orang terbaik hasil seleksi yang sangat ketat. Maka tak heran bila gaji guru di Negara finlandia rata-rata hampir sekitar 42 juta perbulan.
Tidak hanya gaji yang besar, pemerintah finlandia pun menuntun para guru untuk pembelajaran yang intensif dan optimal, dimana setiap ruangan belajar ada satu orang guru dengan 12 siswa di setiap kelasnya. Sehingga guru dapat memberikan perhatian yang sangat besar terhadap siswa di kelasnya.

Maka dari itu bila pendidikan di Indonesia ingin semaju finlandia, sudah saatnya kini pemerintah melakukan gebrakan ATM (adopsi, turuti dan modifikasi) pendidikan di finlandia sehingga dengan berkaca dari luar kualitas SDM pelajar indonesia bisa semakin lebih maju.

Salam,

M. Muallifi – Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati (Jur.Jurnalistik)